Zaman
teknologi informasi membawa dampak perubahan gaya hidup di berbagai bidang
kehidupan secara masif, termasuk bidang pendidikan. Sekolah-sekolah Katolik dan
Kristen yang pada awal pendirian mempunyai cita-cita luhur, seperti turut
mewartakan Injil melalui pendidikan, pada era modern niat itu terlebur dalam
modernisasi dengan berbagai perubahan kepentingan dan perilaku. Banyak sekolah swasta beralih status
menjadi sekolah negeri yang mana pendidikan iman mendapat prioritas yang semakin
sedikit.
Amanat Yesus sebelum naik ke surga kurang
diindahkan lagi, pelajaran agama menjadi pengetahuan profan, kurang
internalisasi yang mana sangat mempengaruhi perilaku sejak siswa di sekolah
sampai ke masyarakat. Apakah rekoleksi dan retret masih diperhatikan oleh para
penyelenggara pendidikan kristiani? Amanat agung dari Yesus Kristus apakah ikut
hilang dalam modernisme, sekularisme dan hedonisme? Perlu ada kegiatan lain,
selain pelajaran agama yang turut membentuk karakter siswa secara revolusioner.
Camping
Rohani “Penyegaran Hidup” menjadi salah satu alternatif untuk membantu
pembatinan peserta didik akan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih hakiki,
seperti substansi diri sebagai ciptaan, Tuhan Sang Pencipta, kehendak bebas, dosa
dan tobat, cita-cita, dan realitas eskatologis - penghakiman terakhir serta
pengutusan sebagai murid Kristus.
Dalam
camping rohani, retret gaya kaum remaja yang waktu pelaksanaannya
relatif
singkat, yaitu 3 (tiga) hari, tetapi manfaatnya dirasakan sampai mereka
menjadi
orang tua. Terlibat bertahun-tahun dalam kegiatan camping tanpa ada buku
pegangan, menginspirasi penulis untuk mendokumentasi kegiatan selama
camping. Catatan itu diolah menjadi buku dan ada penerbit yang bersedia
menerbitkannya, tetapi untuk menghindari bahwa buku hanya menumpuk
perlu ada sekolah atau kelompok yang pasti akan menggunakannya.
Retret gaya camping mengikuti gaya pola retret tiga hari, yaitu:
HARI PERTAMA:
Hari
pertama, diawali dengan pendirian kemah, upacara pembukaan dengan gaya Pramuka,
perkenalan, sharing, rekreasi terpimpin dan doa malam, “Ibadat Nikodemus”.
Acara
pembukaan dan perkenalan dilaksananakan dalam suasana yang
menggembirakan agar peserta lebih bebas mengekpresikan diri. Sharing
peserta dan suasana dikondisikan untuk membuka diri melalui suatu kisah
berkesan. Renreasi terpimpin peserta dibawa kepada suasana relaks
setelah melaksanakan sharing, sedangkan Ibadat Nikodemus meniru
perbuatan Nikodemus dalam Injil Yohanes yang bedialog dengan Yesus pada
malam hari.
HARI KEDUA:
Hari
Kedua, diawali dengan ibadat pagi “Keterbukaan”, dilanjutkan dengan
pertemuan dengan tema: Siapakah Saya, Peristiwa dalam hidup saya, Kisah
Mawar dan Cempaka (adopsi kisah Kain dan Abel),
rekreasi terpimpin dan ibadat malam “Panggilan”
Ibadat
pagi dilakukan begitu bangun pagi mengingatkan peserta untuk terbuka
terhadap semua anugerah Tuhan, sehingga hatinya tergerak untuk memuji,
menyembah, bersyukur serta selalu memohon penyertaan Tuhan. Berelasi
dengan Sang Pencipta, peserta dihantar kepada refleksi penyadaran diri,
who am I - Siapakah Aku?, peristiwa dalam hidup, adopsi kisah Kain dan
Abel dalam cerita Mawar dan Cempaka, dan ibadat Panggilan. Ibadat
Panggilan merupakan tanggapan atau jawaban peserta atas anugerah Tuhan.
HARI KETIGA:
Hari
Ketiga, diawali dengan ibadat “Tembok-tembok Pemisah”, Persahabatan, “Panggung
Kebebasan”, Cinta
Kasih yang Menyelamatkan, Ibadat Tobat, Api
Unggun, diakhiri dengan ibadat Syukur Partisipatif.
Ibadat
"Tembok-tembok Pemisah" menyadarkan peserta akan makna kebersamaan yang
hakiki, karena sering karena perbedaan suku, agama, golongan, ras
terjadi 'tembok' yang membatasi seseorang dari lingkungan. Persahabatan
merupakan efek positif dari tembok egoisme yang telah dirubuhkan. Di
dalam relasi sosial ada kebebasan, namun dilaksanakan secara
bertanbggungjawab yang saling menggembirakan dan menyelamatkan.
Berhadapan dengan Tuhan yang mahasuci, sebagai ciptaan tetap ada dosa,
maka perlu ada sikap tobat. Sikap itu terwujud juga dalam rasa syukur
dalam kebersamaan dengan orang lain.
HARI KEEMPAT:
Hari
keempat, Ibadat pagi “Perutusan”, Hiking (lintas alam), Evaluasi dan upacara
Penutup camping dan Retret “Penyegaran Hidup”.
Hari
keempat merupakan hari ekstra bagi peserta untuk mengekspresikan diri
secara bebas dalam alam. Mereka melakukan Hiking atau lintas alam sambil
menjalankan beberapa tugas yang berhubungan dengan cinta alam; mengenal
jenis-jenis tumbuhan dan binatang serta manfaatnya bagi manusia, dan
sebagainya. Sebagai umpan balik kepada pihak sekolah atau penyelenggara
dari luar, ada lembaran evaluasi yang wajib mereka isi setelah hiking.
Acara
camping rohani "Penyegaran Hidup" diakhiri dengan upacara penutup gaya
Pramuka, dan selanjutnya berbenah dan kembali ke rumah.
Karena
oleh banyaknya kegiatan dan tidak semua materi camping dicatat oleh
peserta, maka disediakan buku pedonan yang juga menjadi buku catatan
peserta selama camping. Itu berdasarkan evaluasi penulis buku setelah
beberapa tahun terhadap peserta camping Penyegaran Hidup.
Pada
bagian akhir, penulis menambahkan Catatan untuk Penyelenggara, sehingga
dapat ditiru oleh penyelenggara dalam mempersiapkan pelanaan retret
gaya camping secara partisipatif. Orangtua dan pihak sekolah serta calon
peserta sendiri mempunyai kewajiban terlibat dalam persiapan itu.
***
No comments:
Post a Comment
Explore the beautiful island with a million beauty of volcanoes, natural scenery, cultural arts and natural culinary flavors mediaakor.blogspot.com/